Pacitan Sekitarnya》》
Pemilik warung kelontong kini sedang gundah gulana, pasalnya hampir sebulan terakhir ini mereka kesulitan mendapatkan BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis Pertamax dan Premium yang biasa dijual.
Pemilik warung kelontong kini sedang gundah gulana, pasalnya hampir sebulan terakhir ini mereka kesulitan mendapatkan BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis Pertamax dan Premium yang biasa dijual.
Hal ini menyusul larangan penggunaan jeriken plastik untuk mengangkut BBM dari pertamina, bahkan terkadang pengecer harus membeli dari pengecer lain. Mereka harus bolak-balik mengisi BBM di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) dengan kendaraan roda dua. Baru setelah sampai di rumah, tangkinya dikuras. Sekali beli hanya mendapat empat liter sehingga sehari bisa sampai tiga hingga empat kali ke SPBU karena mereka bingung bagaimana cara membelinya.
Mereka pun sempat berencana untuk membeli jeriken besi atau seng. Namun, niat tersebut diurungakan setelah tahu harganya selangit.
Satu jeriken bekas drum kapasitas 35 liter dibanderol Rp. 135.000,-. Haega tersebut tergolong paling murah dibanding jenis lainnya karena untuk yang lebih besar dan bahannya lebih kuat harganya lebih mahal.
Ketika mereka membeli BBM dari pengecer lain, tentu harganya lebih mahal dari SPBU, selisihnya hampir 5 ribu sehingga keuntungan sangat minim sehingga bolak balik ke SPBU pun jadi pilihan, dan terkadang mereka membeli dari pagi hingga siang ataupun malam.
Namun bagi pengecer yang rumahnya jauh dari SPBU, daripada mereka bolak balik membeli BBM akhirnya mereka membeli jeriken besi karena bila bolak balik ke SPBU akan membuat mereka menjadi tekor.
Sejauh ini berdasarlan pantauan kami belum ada antrian yang berarti di SPBU sejak adanya spanduk larangan penggunaan jeriken plastik di SPBU.
=@lex nourman=
0 Response to "Jeriken Plastik Dipersulit, Penjual Eceran Menjerit"
Posting Komentar